Pengusaha Kopi Ajoe, Dede Saputra yang kini mampu menghidupi 230 karyawan di usianya yang masih tergolong muda. (DOKUMENTASI PRIBADI).

Berawal dari ATM (Amati Tiru Modifikasi), Dede Saputra kini berhasil membangun bisnis yang mampu menciptakan lapangan kerja dengan 230 karyawan

MUDA, sederhana, dan penuh ide kreatif. Begitulah kesan pertama ketika bertemu Dede Saputra (37). Pria asal Pauhkamba, Padangpariaman ini kini dikenal sebagai sosok di balik kesuksesan Kopi Ajoe, brand kopi lokal yang lahir dari semangat menggerakkan ekonomi kreatif di Ranah Minang. Namun siapa sangka, sebelum menekuni dunia kopi, Dede adalah karyawan di perusahaan besar. Seperti apa ceritanya?

“Dulu saya kerja di Astra Internasional Tbk, tapi hanya 1,5 tahun. Setelah itu resign dan buka usaha gorden,” kenangnya saat bercerita kepada Padang Ekspres.

Kini, di samping usaha gorden itu, Dede membesarkan PT Perdana Ajo Indonesia, perusahaan yang menaungi Kopi Ajoe. Kopi yang dijual di jalanan, tapi dengan cita rasa tak kalah dari coffee shop ternama.

“Silakan kalau mau mencoba. Dijamin ketagihan,” ujarnya sambil tersenyum, menunjukkan segelas Kopi Ajoe di tangannya.

Bagi Dede, membesarkan Kopi Ajoe bukan sekadar bisnis, tapi juga misi sosial. Ia ingin menghadirkan kopi yang menghidupkan ekonomi rakyat. “Ekonomi kreatif itu dibangun dari masyarakat pribumi, dari bahan, pekerja, hingga pasarnya pribumi. Semua harus memberdayakan orang lokal,” jelasnya.

Kini, Kopi Ajoe telah memiliki 230 karyawan dan sekitar 200 sepeda listrik yang tersebar di berbagai daerah di Sumatera Barat, mulai dari Padang, Padangpanjang, Payakumbuh, Pasaman, Solok, Batusangkar hingga sebagian wilayah Riau.

“Kami butuh sekitar 10 ton biji kopi kering setiap bulan. Semua kami ambil dari petani kopi rakyat di Sumbar,” katanya.

Bagi Dede, kolaborasi dengan petani adalah bentuk nyata membangun ekonomi dari hulu ke hilir. “Kami tidak ingin berjalan sendiri, tapi bersama-sama menggerakkan ekonomi masyarakat,” tambahnya.

Menurutnya, biji kopi Sumbar sebenarnya sangat potensial. Hanya saja, belum semua petani memahami cara pengolahan yang benar. “Biji kopi bagus itu tergantung pengolahannya, mulai dari pemilihan bibit, kematangan saat panen, hingga penyimpanan setelah panen. Banyak petani yang masih belum paham soal ini,” ungkapnya.

Ia berharap pemerintah turun tangan memberi edukasi kepada petani kopi. “Kalau petani tahu cara mengolah yang baik, kualitas kopi kita pasti naik. Dan ini juga akan mengangkat citra Sumbar lewat rasa kopinya,” katanya.

Menariknya, karena kebutuhan kopi Ajoe yang besar, kini banyak petani di Sumbar kembali menanam kopi. Seperti di daerah Agam dan beberapa daerah lainnya di Sumbar. “Pasarnya jelas, jadi petani pun semangat lagi menanam,” tambahnya

Kopi Ajoe kini tak hanya menjual kopi siap minum saja. Mereka juga mengolah biji kopi dari hulu hingga hilir. “Kami sudah punya mesin sortir biji kopi dan mesin pengemasan modern sendiri, lengkap dengan manajemennya. Tak lain dan tak bukan hanya untuk menjaga kualitas,” kata Dede, yang juga dikenal sebagai penyuka otomotif itu.

Ia berharap pemerintah memberi ruang lebih luas bagi pelaku ekonomi kreatif. “Misalnya sediakan tempat di area strategis, seperti di dekat halte, dan pemerintah bisa pungut pajaknya.

Tapi yang penting, pelaku usaha tetap menjaga kebersihan dan kenyamanan. Ini tidak untuk Kopi Ajoe saja, tapi untuk seluruh pelaku ekonomi kreatif, mari kita sama-sama membangun,” ujarnya serius. Ia menegaskan, jika pelaku usaha melanggar aturan, izinnya bisa dicabut. “Kita harus tegas-tegas juga,” tambahnya.

 

Kunci Sukses, Amati, Tiru, Modifikasi (ATM)

Kepada para pengusaha muda, Dede berpesan untuk jangan takut memulai. “Tidak ada ide yang sempurna dari awal. Kalau tidak mulai sekarang, kita tidak akan pernah tahu di mana letak masalahnya dan bagaimana cara menyelesaikannya,” katanya.

Ia juga membagikan prinsip sederhana yang menjadi fondasi Kopi Ajoe, Amati, Tiru, dan Modifikasi (ATM). “Dulu saya lihat Kopi Jago di Jakarta, lalu saya pulang kampung dan memodifikasi sesuai karakter lokal. Dari situlah Kopi Ajoe lahir dan diterima masyarakat,” ujarnya.

Kini, di tangan Dede Saputra, secangkir kopi bukan sekadar minuman, tapi simbol gerakan ekonomi kreatif anak negeri. “Dan jangan lupa berikan racikan kopi terbaik untuk pelanggan. Karena dari mereka kita ada dan menjadi besar,” ujarnya

Sumber: jawapos.com