|
Dari sekian banyak keturunan Marga Sitindaon, ada beberapa orang yang layak disebut sebagai Tokoh versi SitindaonNews.
Mereka yang layak disebut sebagai Tokoh Marga Sitindaon a.l:
1. Djahina Sitindaon
2. Matnoor Sitindaon
3. Brigjen (Anumerta) Ontang Sitindaon
4. Prof. Dr. Ir. Ferisman Sitindaon
5. Jansen Sitindaon, SH, MH.
Siapa mereka dan mengapa layak disebut sebagai Tokoh Marga Sitindaon akan kami ulas dalam liputan khusus selanjutnya..
Admin juga menerima masukan dan usulan untuk melengkapi Tokoh Marga Sitindaon.
JANGAN PANGGIL AKU NAMBORU
Boru Naitang (Boru Naibaho) adalah yang melahirkan Si Tunggar Nageduk, kenapa keturunan Tunggar Nageduk (Sitindaon) memanggil atau menyebut Boru Naitang sebagai "Namboru"?
Jika seseorang (suku Batak) memanggil atau menyebut "Namboru" kepada ibu yang melahirkannya maka asal usul dan tarombo atau silsilahnya pun tidak jelas siapa dan darimana...
Jika ada yang memanggil si Boru Naitang dengan sebutan "Namboru" berarti mereka adalah bukan Marga Sitindaon, karena Br Naitang adalah Boru Naibaho yang melahirkan Sitindaon.
Bagaimana bisa orang Batak memanggil seorang ibu yang melahirkannya sebagai "Namboru"?
Sebagaimana diketahui, marga Sitindaon berasal dari Marga Naibaho, dimana anak kembar dari Naibaho yaitu Inar Naiborngin dan Boru Naitang melahirkan seorang anak yaitu Si Tunggar Nageduk yang kemudian menjadi cikal bakal Marga Sitindaon.
Oleh: Zul Abrum Sitindaon (A. Sakti Sitindaon)
Sitindaon News, Sumber Informasi dan Inspirasi, Dari Sitindaon untuk Semua.
Bergabunglah bersama kami di SitindaonNews.Com sebagai programmer, web developer, jurnalis, editor maupun nara sumber budaya, hukum, ekonomi, teknologi, kesehatan, pendidikan, olah raga, politik, nasional dan international.
Hubungi admin sekarang juga....
Kalau bukan kita, lalu siapa lagi???
Kembali kami sampaikan, mengingat, memperhatikan, menimbang dan memutuskan untuk segera dilakukan periode pengurus punguan ini tanpa harus menunggu kehadiran kami sebagaimana pernyataan kami sebelumnya
PERIODE PENGURUS PUNGUAN SITINDAON BORU BERE/IBEBERE (PSBB) KOTA MEDAN TAHUN 2023
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami kepada keluarga besar Punguan Sitindaon Boru BERE/Ibebere Kota Medan, dengan ini kami sampaikan perihal
Periode/Penggantian Pengurus Punguan
1. Mengingat : AD/ART Punguan
2. Memperhatikan; Masa periode pengurus sudah berakhir
3. Menimbang:
3.1 Bahwa kami sementara waktu tidak bisa aktif mengikuti kegiatan punguan
3.2. Harus segera dipilih pengurus baru.
4. Memutuskan; Penggantian atau periode pengurus punguan dapat dilakukan sesegera mungkin tanpa harus menunggu kami.
Demikian disampaikan, atas perhatiannya semua kami ucapkan terima kasih.
= Z.A. SITINDAON (Op. Ni Si Savana) =
Atas nama Keluarga Besar Pomparan Opung Sakti Sitindaon, ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya²nya atas perhatian, dukungan moril dan materil serta bantuan kepada kami keluarga Almarhumah:
Rumani Br. Siburian (Op. Sakti Sitindaon), Istri dari Almarhum Abner Sitindaon.
18 Februari 1934
6 Desember 2021
Tutup usia 87 Tahun di RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung
Dikebumikan Jumat 10 Desember 2021 di
Maniksilau Tigabolon Sidamanik.
Sumber: Buku Tarombo Marga Sitindaon
Oleh Abner Sitindaon/Rumani Br. Siburian
Acara adat Saur Matua Maringan Sitindaon (Op. Nicolas), Monding Sabtu 17 April 2021, Adatna Selasa 20 April 2021 di Jl. Tenggiri Pematang Siantar
Keluarga Almarhum Maringan Sitindaon (Op. Nicolas)
Foto bersama Op. Jason Sitindaon Doli dengan Op. Sakti Sitindaon Boru dan keluarga di Gunung Pasir Jaya Sekampung Udik Lampung Timur, 21 Maret 2021
Mencari Jejak Sitindaon
Sitindaon ini adalah marga Batak yang langka, umurnya sudah ratusan tahun tapi populasinya sangat sedikit jika dibandingkan dengan marga² lain.
Dengan populasinya yang sedikit, banyak orang tidak mengenal marga ini termasuk di kalangan suku Batak sendiri.
Akhir² ini marga Sitindaon sudah mulai dikenal orang dengan sering tampilnya Jansen Sitindaon sebagai politisi muda dari Partai Demokrat.
Sebagai salah seorang keturunan marga Sitindaon, S. Sitindaon (Op. Jason Doli) orangtua dari Jansen Sitindaon, dalam setiap tugasnya di berbagai daerah di Indonesia selalu berusaha mencari dan mengunjungi keluarga Sitindaon di daerah tersebut.
Hari ini Minggu 21 Maret 2021, beliau mengunjungi Op. Sakti Sitindaon Boru yang tinggal bersama keluarganya Bahktiar Sitindaon (Bp Gindo) di Desa Gunung Pasir Jaya Sekampung Udik Lampung Timur.
Sebagai informasi Op Sakti Sitindaon Boru (R. Br. Siburian) lahir di P. Tanah Jawa 18 Februari 1934 atau sudah berusia 87 tahun, beliau adalah istri dari almarhum Abner Sitindaon, penulis buku Tarombo Sitindaon sampai tahun 1963 yl. yang meninggal dunia pada 10 Mei 1963.
Saya sangat terharu mengetahui kunjungan Op. Jason Sitindaon ini sebagai salah satu upaya Mencari Jejak Sitindaon di manapun berada.
Saya jadi teringat masa 40 tahun yang lalu, waktu itu saya masih lajang kebetulan bekerja sebagai kontraktor di PT Barata Indonesia sedang mengerjakan proyek listrik masuk desa di desa Silumboyah Kabupaten Dairi, mendengar dari masyarakat di desa tersebut ada 1 keluarga marga Sitindaon sebagai guru di desa tsb.
Saya juga mencari dan mendatangi rumah tersebut tapi tidak bertemu dengan orangnya,, dan setelah 30 puluh tahun kemudian bertemu juga dengan keluarga besarnya.
Hari ini Tuhan membalasnya dengan kunjungan kembali oleh anak dari keluarga Sitindaon dari Silumboyah kepada orangtua(ibu) kami di Lampung Timur.
Sepertinya inilah yang disebut Mencari Jejak Sitindaon.
Terimakasih Op. Jason, sehat dan sukses selalu
*Zul Abrum Sitindaon/ Bp Sakti (Op. Savana)
Tarombo atau Silsilah Marga Sitindaon Keturunan Pangambittua Sampai Generasi Ke-13.
Tunggar Nageduk Sitindaon mempunyai anak laki² 3 orang dan 1 orang perempuan, yaitu:
1. Passalaut
2. Pangahuraja
3. Pangambittua
4. Boru, menikah dengan Raja Sonang Gultom
Passalaut
Passalaut sebagai anak pertama mendiami atau tinggal di Sibual-bual, dan sampai sekarang keturunannya masih ada yang tinggal di tempat tersebut.
Keturunan Passalaut menurut informasi sudah sampai pada generasi ke-20.
Pangahuraja.
Sedangkan anak kedua Pangahuraja dikabarkan merantau ke Siborong-borong sampai ke Barus hingga ke Dairi Pakpak Bharat
Tidak banyak diketahui informasi tentang generasi dari keturunan Pangahuraja ini.
Pangambittua.
Anak ketiga atau yang paling bungsu Pangambittua dikabarkan merantau dan tinggal di Lontung, dan menurut cerita karena peperangan dengan marga lain, Pangambittua atau Raja Mangambit lari meninggalkan Lontung hingga ke Tomok dan sampai ke Sipassa, Parbaba dan ada juga yang berenang menyeberangi Danau Toba hingga ke Sibisa, Sirungkungon, Sigapiton dan Porsea.
Keturunan pangambittua sendiri yang sudah tercatat sampai pada generasi ke-14 .
Adapun silsilah keturunan Pangambittua sampai generasi ke-13 digambatkan sbb:
Foto: Manasse (A. Alexander) atau Op. Pariama
Jika pada bagian sebelumnya menceritakan perjalanan hidup dari A. Toga Ompu atau Op. Alexander hingga akhirnya sampai di Maniksilo Sidamanik dan kemudian meninggal dan dimakamkan di Maniksilo, maka pada bagian Ketigabelas ini akan menceritakan tentang keturunannya atau anak² nya di Maniksilo, khususnya Pomparan Manasse (A. Alexander) atau Op. Pariama
Adapun anak dari A. Toga Ompu atau Op. Alexander selengkapnya adalah:
1. Toga Ompu (Hendrik)
2. Manasse.
3. Salome (Perempuan)
4. Epraem.
5. Yohanna (Perempuan)
6. Benyamin.
7. Dame (Perempuan)
Toga Ompu (Hendrik)
Diketahui bahwa Toga Ompu ini semasa hidupnya menikah tapi tidak mempunyai keturunan sampai meninggal.
MANASSE (A. Ni Alexander) atau (Op. Pariama)
Tubu di Ambarita (Samosir), hira² taon 1902. Dung tarmagodang ibana, pinda nasida tu Tambunrea diboan natorasna ima A. Toga Ompu sian i muse pinda tu Maniksilo (Ketj. Sidamanik).
Di Maniksilo, mamungka huta ma nasida dohot parhaumaan.
Nunga doli² ibana sisi, jala mangalap boru ma ibana, sian Siallagan, ima Ambainim (Karolina) Siallagan, boru ni.......... iboto ni si Nahor, Marcius.
Songon on ma aslina isuratton i buku i bahasa Batak Toba:
Pomparan dari Manasse/Ambainim Karolina Br. Allagan atau A. Alexander atau Op. Pariama digambarkan sbb:
Di ari 27 Oktober 1958 pukul 8.00 borngin, marujung ngolu ma Op. Pariama Doli, jala itaruhon ma tu bagasan simin inganan ni A. Toga Ompu di ari 28 Oktober 1958 (Minggu).
Cita²na di tingki mangolu:
1. Marsangkap do ibana mambahen parsadaan marga Sitindaon, ala naung marserak Sitindaon di desa na ualu, jala adong do namangihuthon marga na asing ala so diboto jala ndang diantusi be.
Nunga godang di dalani akka luat, inganan parserahan manjalahi patorangkon tarombo.
Dung diharoro ni Jepang 1941, so ma angan² na i.
2. Naeng mangulahi bona, mangihuthon hata ni na tua² , ia bona ni ari, ima marga Nadapdap.sian Sibisa.
Di tingki haroro ni Nadapdap sian Sibisa di taon 1955 disi didok ibana do: "Ro do hami sahali on mangulahi bona"
Alai sahat tu namarujung ngoluna, dang adong dope na mangaluhi bona.
3. Mamalu gondang.
Dung dipauli simin inganan ni A. Toga Ompu, ditahi rohana do naeng margondang, jala songon na pasadahon marga Sitindaon.
Alai ala ditingki i, dang adong dope anak baoa di sipaidua, ima Epraem, gabe sundat ma i.
Tarsubut do i diulpuhon datu, tikki sahitna. Alai tongon situasi keamanan dang denggan, didokma: " Nanggo malum sahithon jala mangoli si Octo Berhausen (tubu ni si paitolu).
Godang dope angan² (cita²na) na asing, alai dang terlaksana sahat tu na marujung ngoluna.
Kalau sebelumnya diceritakan A.Toga Ompu (Op. Alexander) yang sudah meninggal dikabarkan hidup kembali, maka berikutnya akan menceritakan kehidupannya serta anak²nya.
Sempat tinggal di Sibaganding, kemudian pindah ke Ambarita di Lumbanbatu (Siallagan) dan kemudian pindah lagi ke Tambunrea dan selanjutnya pindah ke Bahalgajah-Maniksilo dan meninggal di Maniksilo sekitar tahun 194.....
Berikut kisah selanjutnya:
Pada masa tidak bisa melihat itu, kehidupannya sangat susah dan miskin, badannyapun kurus kering demikian juga anaknya si Hendrik.
Lama kemudian dia bisa melihat lagi, dan terkejut melihat istri dan anaknya sangat kurus.
Tapi dia tidak bisa berbuat apa karena walau sudah bisa melihat namun belum bisa bicara.
Karena memikirkan keadaan keluarganya, maka dia mencoba berjualan ke pekan Tiga Raja.
Dari usahanya kemudian kehidupannya semakin membaik, tapi karena berjudi, hidupnya kembali susah dan miskin.
Setelah beberapa tahun kemudian lahirlah anaknya:
1. Si Manusu atau Manase tahun 1902.
2. Salome
3. Epraem
4. Yohanna.
Setelah Johanna lahirlah kemudian dia bisa bicara lagi.
Setelah anak²nya agak dewasa, kemudian mereka pindah ke Tambunrea, disana lahir lagi anaknya:
1. Benyamin.
2. Dame.
Di Tambunrea anaknya yang pertama Toga Ompu (Hendrik) menikah dengan Monanglan Br. Allagan iboto dari si Menseng (Ferdinand).
Dari Tambunrea kemudian mereka pindah ke Bahalgajah, Maniksilo, jadi 'Upas' lah si Toga Ompu.
Di Maniksilo lah mereka membuka perkampungan bersama kawan²nya dan juga membuka persawahan.
Dan anaknya nomor dua si Manase pun menikah.
Setelah semua anaknya menikah, dan mempunyai cucu dari anaknya laki² juga dari anaknya perempuan, meninggallah A.Toga Ompu (Op.Alexander) sekitar tahun 194...
Adapun anak²nya selengkapnya:
1. Toga Ompu (Hendrik)
2. Manasse.
3. Salome (Perempuan)
4. Epraem.
5. Yohanna (Perempuan)
6. Benyamin.
7. Dame (Perempuan)
Semasa hidupnya A. Toga Ompu juga adalah sebagai 'Datu' yang sangat terkenal.
Tapi kemudian setelah A.Toga Ompu masuk menjadi pemeluk Kristen, hilanglah semua ilmu kesaktiannya (Datu).
Dan menurut pesan atau nasehat (tona) dari A.Toga Ompu agar semua pomparannya atau keturunannya jangan mengerjakan "judi", kalau berjudi tidak akan pernah menang.
In Memorial:
St. Abner Sitindaon (A. Ni Jootje Des Intan), (Op. Sakti RM Sitindaon).
Lahir di Maniksilo, Sidamanik, Simalungun, Senin,13 Juli 1931.
Meninggal di Tj. Balai, Sabtu,10 Mei 1963.
Dikebumikan di Maniksilo, Sidamanik.