SITINDAON NEWS SITINDAON NEWS

Categories

  • Trending News (723)
  • Tarombo Marga Sitindaon (48)
    • Sukacita & Dukacita (12)
  • Politik & Opini (270)
  • Ekonomi & Bisnis (266)
  • Lifestyle & Health (362)
  • Tekno & Sains (69)
  • Entertaintment (65)
    • Games (0)
  • Food & Travel (93)
  • Budaya (57)
  • Inspirasi dan Inspiratif (133)
    • Jansen Sitindaon (31)
  • Sport (16)
  • Lowongan Kerja (29)
  • International (29)
  • Mimbar HKBP (0)
    • HKBP Pasar Minggu (3)
  • Pilpres 2019 (69)
  • Hukum & Kriminal (12)

Berdiri sejak 2018

  • Login
SITINDAON NEWS SITINDAON NEWS
  • Homepage
  • Tarombo Marga Sitindaon
    • Jansen Sitindaon
  • Siapa kita?
  • MORE

    HOT CATEGORIES

    • Pilpres 2019
    • Our Social Media
    • Games

    USER

    • Login Form
    Show
    • Forgot your username?
    • Forgot your password?
  • WTNG
Berlangganan buletin kami Newsletter
  1. You are here:  
  2. Home
  3. Lifestyle & Health
  4. Kasus Gagal Ginjal Meledak di Dunia, Ini Penyebabnya

Search

Details
Category: Lifestyle & Health
ZA Sitindaon By ZA Sitindaon
ZA Sitindaon
16.Nov
Hits: 97

Kasus Gagal Ginjal Meledak di Dunia, Ini Penyebabnya

Foto: Ilustrasi (Photo by Robina Weermeijer on Unsplash)

Dunia tengah menghadapi krisis kesehatan besar yang selama ini sering luput dari perhatian publik. Kasus gagal ginjal atau penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease/CKD) melonjak drastis dalam tiga dekade terakhir.

Riset terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) berbasis data Global Burden of Disease (GBD) 2023 mengungkap bahwa jumlah orang dewasa yang hidup dengan CKD mencapai 788 juta orang pada 2023. Penyakit ini kini menempati peringkat kesembilan penyebab kematian tertinggi di dunia, menewaskan 1,5 juta orang pada tahun yang sama.

Lebih dari separuh penderita bahkan tidak menyadari bahwa ginjal mereka sedang mengalami kerusakan. IHME menemukan mayoritas kasus berada pada stadium awal, yaitu stadium 1-3, yang sering kali tidak memunculkan gejala. Kondisi ini membuat CKD berkembang diam-diam hingga akhirnya terdeteksi pada tahap lanjut, ketika fungsi ginjal sudah menurun signifikan.

Peningkatan kasus CKD secara global tidak hanya dipicu oleh pertumbuhan populasi dan penuaan. Penyebab utamanya ternyata semakin dipengaruhi gaya hidup modern. IHME menyebut gula darah puasa tinggi, kegemukan, dan tekanan darah tinggi sebagai tiga faktor risiko terbesar yang memicu kerusakan ginjal di hampir semua kelompok usia.

Diabetes dan hipertensi tetap menjadi kontributor terbesar, namun studi ini menegaskan bahwa CKD bersifat multifaktorial dan berkaitan dengan pola makan, lingkungan, sosial ekonomi, serta faktor pekerjaan.

Dalam beberapa wilayah seperti Amerika Tengah, tren gagal ginjal bahkan menunjukkan pola yang tidak biasa. IHME menyoroti naiknya kasus CKD of Unknown Etiology (CKDu), yaitu gagal ginjal misterius yang bukan disebabkan diabetes atau hipertensi.

Fenomena ini banyak menyerang pekerja perkebunan yang bekerja di bawah paparan panas ekstrem dan mengalami dehidrasi kronis, sehingga memunculkan dugaan kuat bahwa perubahan iklim dan faktor lingkungan turut memperburuk risiko penyakit ginjal di negara berkembang.

Krisis ini juga diperparah oleh ketimpangan akses layanan kesehatan. Meskipun beban CKD tinggi di banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah, akses terhadap dialisis dan transplantasi ginjal justru sangat terbatas.

Sebaliknya, negara-negara kaya memiliki tingkat tertinggi dalam hal pasien yang menerima terapi pengganti ginjal, meskipun prevalensi CKD di wilayah tersebut lebih rendah dari rata-rata global. Kondisi ini membuat angka kematian akibat CKD di negara miskin jauh lebih tinggi karena banyak pasien tidak pernah mendapatkan pengobatan yang semestinya.

IHME juga menegaskan bahwa kerusakan ginjal berdampak jauh lebih luas dari yang diperkirakan. Pada 2023, disfungsi ginjal berkontribusi terhadap 11,5% kematian akibat penyakit jantung secara global.

Artinya, CKD bukan hanya penyakit yang merusak ginjal, melainkan faktor penting yang memicu kematian kardiovaskular. Temuan ini memperkuat langkah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menetapkan CKD sebagai penyakit tidak menular prioritas global, setara dengan kanker, diabetes, dan penyakit jantung.

Peneliti IHME menekankan bahwa deteksi dini harus menjadi fokus utama negara-negara di seluruh dunia. Skrining albuminuria dan pemantauan faktor risiko pada populasi rentan masih minim dilakukan, bahkan di negara berpendapatan tinggi.

Mereka berharap temuan ini dapat mendorong pemerintah untuk memasukkan CKD dalam kebijakan kesehatan publik secara lebih serius serta memperluas akses terhadap pengobatan efektif yang dapat memperlambat kerusakan ginjal dan mencegah komplikasi jantung.

Sumber: cnbcindonesia.com

ZA Sitindaon
ZA Sitindaon

No comments

Leave your comment

In reply to Some User
Next article: Telur Ayam dan Telur Bebek, Mana yang Paling Sehat? Next

Popular Posts

  • Cara Mengatasi Internet Telkomsel 'Lemot', Ikuti Langkah-langkahnya Agar Akses Internetmu Lancar
    27.Nov
  • Emak Emak Yang Terlibat Menjual Senjata Untuk Aksi Rusuh 22 Mei 2019
    28.May
  • Semrawutnya Parkir di Kawasan Pusat Pasar Medan
    04.Jan
  • Bokom, Makanan Pengantar Sejarah Aceh Singkil yang tak Lekang Digerus Zaman
    07.Sep

Categories News

  • Lowongan Kerja
  • Trending News
  • Food & Travel
  • Lifestyle & Health
  • Sport
  • Tekno & Sains
  • Entertainment
  • Ekonomi & Bisnis
  • Kisah Insipirasi
  • Budaya
  • Politik & Opini
  • Hukum & Kriminal
  • Mimbar HKBP
  • International

Follow Us

Facebook Sitindaon News Instagram Sitindaon News YouTube Sitindaon News Twitter Sitindaon News Email Berlangganan Buletin Kami

SITINDAON NEWS 1

Sitindaon News menuju Situs Web Portal Berita Online berkelas dunia melalui penyediaan jasa informasi dan berbagai produk multimedia lainnya sehingga terbangun Tugu Namangolu didalam maupun diluar negeri khususnya marga Sitindaon yang nantinya dapat menjalankan fungsi² sosial lainnya bagi masyarakat luas. Berdiri sejak 2018.

Bagikan Share
FacebookFacebook MessengerMessenger TwitterTwitter WhatsAppWhatsApp TelegramTelegram Copy LinkCopy Link