Setelah anaknya dewasa, anaknya ini rindu dengan bapaknya Si Raja Oloan. Dan pada suatu hari pergilah anaknya ini ke persawahan di kampung itu untuk mencari bapaknya tanpa sepengetahuan ibunya. Setelah berkeliling sampai anaknya ini tidak tahu sudah berjalan ke suatu tempat yang tidak diketahuinya sampai “robean” di Pusuk Buhit.
Pada saat itu turunlah hujan yang sangat deras disertai puting beliung, membuatnya terbawa arus air bah yang sangat deras dari atas bukit itu (martangkudju).
Ibunyapun mencari anaknya itu tapi tidak ditemukan, kemudian ibunya memberitahu Limbong Mulana (Bapak dari ibunya) bahwa anaknya tidak ditemukan. Lalu ikutlah Limbong Mulana mencari anak tsb. Sampai kearah Sagala, di tengah perjalanan, terlihatlah anak itu telah dihanyutkan arus air bah dari atas bukit akibat hujan deras (Udan Baho) itu, ditariklah anak itu dan dibawa pulang kembali ke kampung, dan ternyata anak itu masih hidup.
Sejak itulah anak tersebut di namai “Si Raja Baho”, yang dikemudian hari di panggil menjadi “Nai Baho” dan selanjutnya menjadi Naibaho.

Kembali ke Si Raja Oloan, setelah tinggal di Bakkara, dia menikah lagi dengan Boru Pasaribu, dan melahirkan anak 5 orang.
Adapun anak Si Raja Oloan dari istri pertama Nai Djabaon, boru Limbong Mulana 1 orang yaitu:
- Si Raja Baho (Raja Naibaho)
Sedangkan anaknya dari istri kedua boru Pasaribu di Bakkara ada 5 orang yaitu:
- Sigodang Ulu (Sihotang).
- Toga Bakkara.
- Sinambela
- Sihite
- Simanullang
Jadi anak Si Raja Oloan dari kedua istrinya adalah 6 orang, yang digambarkan sbb:
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Kedua) |
Setelah Si Raja Baho dewasa, dia mempelajari ilmu ‘Pangultopon” atau ilmu “Menghilang”. Dan pada suatu saat dia menghilang ke atas bukit atau ke Pusuk Buhit, sampai ke puncak atau pusat bukit itu, kemudian turun dari atas bukit itu dan selanjutnya tinggal di tempat itu.
Disinilah Si Raja Baho atau Nai Baho tinggal dan kemudian menikah dengan putri pamannya atau boru ni tulangnya Limbong Mulana, dan dari pernikahannya ini lahirlah anaknya 6 orang, yaitu:
- Porhas Djap-djap.
- Tolpak Lading.
- Guru Sodumpangon.
- Guru Helung.
- Marhite Galung.
- Marsinta Dongan.
Silsilahnya digambarkan sbb:
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Pertama) |
- PORHAS DJAPDJAP.
Setelah anak-anak Nai Baho dewasa, pergilah mereka (Nai Baho, Porhas Djapdjap dan Tolpak Lading) berjalan-jalan arah ke Silindung, tetapi kemudian Nai Baho dan Porhas Djapdjap kembali lagi ke Pangururan.
Di Pangururan, Porhas Djapdjap menikah dan mempunyai anak 5 orang, yaitu:
- Si Ahaan.
- Si Takkarain.
- Si Dauruk.
- Hutaparik
- Si Agian.
Dan Si Ahaan ( Naibaho Siahaan) kemudian mempunyai anak 6 orang, yaitu:
- Bona Bius.
- Pinsar di Langit.
- Simanjola
- Inar Nai Borngin.
- Boru Naitang.
- Si Amporik.
Anak no 4 dan no 5 adalah anak kembar, yaitu Inar Nai Borngin (laki-laki) dan Boru Naitang (perempuan), dari anak kembar ini lah bermula kisah Marga SITINDAON, yang akan kita ceritakan dalam episode selanjutnya.
Keturunan Porhas Djapdjap hingga Naibaho Siahaan dan anak-anaknya digambarkan sbb.
Catatan Editor:
Kalau pada Bedah Buku Tarombo Marga Sitindaon Bagian Ketiga disebutkan istri Si Raja Oloan ada 3 orang yaitu Boru Limbong, Boru Marbun dan Boru Pasaribu, maka pada Bagian Keempat ini adalah 2 orang, yaitu Boru Limbong dan Boru Pasaribu.
Dan mengenai anak Si Raja Oloan dari istri pertama Boru Limbong dan istri kedua Boru Pasaribu ada perbedaan yang ditulis dalam buku ini dengan yang tertulis secara resmi tentang anak Si Raja Oloan, yaitu:
Anak dari istri pertama Boru Limbong:
- Raja Naibaho.
- Raja Sihotang.
Anak dari istri kedua Boru Pasaribu:
1. Bakkara.
2. Sinambela.
3. Sihite.
4. Simanullang.
Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON Bagian Kelima akan mengupas asal mula Marga Sitindaon.