Ratusan Tahun Yang Lalu...

Marga Sitindaon berasal dari Marga Naibaho, dahulu Naibaho Siahaan punya anak kembar laki-laki dan perempuan, laki- laki bernama Inar Naiborngin dan yang perempuan bernama Boru Naitang. Dalam kekerabatan suku Batak mereka mar ito atau mar iboto, ito adalah sebutan atau panggilan antara saudara laki-laki dengan saudara perempuannya atau sebaliknya.

Dalam kebiasaan atau kehidupan orang Batak, jika memiliki anak kembar laki-laki dan perempuan, mereka harus dipisahkan ke seberang lautan tidak boleh bertemu lagi untuk menghindari saling suka atau saling mencintai keduanya. Tetapi tidak demikian halnya dengan sikembar Inarnaiborngin dengan Boru Naitang, hingga dewasa mereka tetap tinggal bersama orangtuanya Naibaho Siahaan.

 

Adapun Boru Naitang, setelah dewasa adalah seorang gadis yang cantik rupanya, demikian pula Inarnaiborngin adalah seorang pemuda yang tampan.

Keseharian mereka sejak anak-anak selalu bermain bersama-sama membuat keduanya sangat dekat dan sangat akrab hingga mereka dewasa. Kedekatan dan keakraban ini membuat mereka saling menyayangi dan mencintai dan lupa bahwa mereka adalah mar ito atau mar iboto atau saudara sekandung.

Kedekatan dan keakraban mereka berdua yang berlebihan membuat kecurigaan orangtuanya Naibaho Siahaan. Sehingga Naibaho Siahaan berniat menikahkan Boru Naitang dengan orang lain. Pada masa itu begitu banyak pemuda yang suka kepada Boru Naitang karena kecantikannya.

Akhirnya Naibaho Siahaan menerima lamaran dari salah satu pemuda yang suka dengan Boru Naitang yaitu anak dari Op. Palti Sinaga. Tanpa sepengetahuan orangtua dan calon suaminya, Boru Naitang tengah mengandung anak hasil pergaulannya dengan Inarnaiborngin itonya. Setelah mereka menikah maka Boru Naitang tinggal bersama suaminya, selama berada di desa suaminya tersebut Boru Naitang selalu teringat dan merindukan itonya yaitu Inarnaiborngin.

Karena kerinduan dengan itonya, Boru Naitang mengajak suaminya untuk berkunjung ke rumah orangtuanya Naibaho Siahaan di Pangururan. Namun di tengah perjalanan Boru Naitang membunuh suaminya dan melanjutkan perjalanan seorang diri.

 

Sampai di Pangururan, Boru Naitang bersembunyi di rumah bapa udanya Hutaparik. Kemudian tanpa ada yang mengetahui, dia melahirkan seorang anak laki-laki dan disembunyikannya.

Setelah sekian lama Op. Palti Sinaga menunggu anak dan menantunya yg tidak pulang, maka pergilah Op. Palti mencari ke rumah besannya Naibaho Siahaan di Pangururan dan bertanya dimanakah anak dan menantunya berada dan dijawab yang ada adalah Boru Naitang sementara suaminya anak dari Raja Sinaga tidak ada. Kemudian mereka memanggil Boru Naitang dan bertanya dimana suaminya.

Akhirnya dia mengaku telah membunuh suaminya, dan Op. Palti pun menuntut balas atas kematian anaknya dengan meminta agar Boru Naitang dibuang dan ditenggelamkan ke tengah danau.

 

Keesokan hari, Naibaho Siahaan beserta anaknya laki-laki yang lain membawa Boru Naitang ke tengah danau dan menenggelamkannya dengan batu pemberat dan mereka kembali ke tepi danau, namun Boru Naitang tidak mati tenggelam bahkan kembali ke tepi danau. Kejadian ini terus berulang-ulang, setiap ditenggalamkan tetapi selalu muncul kembali di tepi danau.

Karena ayahnya Naibaho Siahaan dan saudaranya laki-laki sudah kelelahan dan kehabisan cara untuk menenggelamkannya, maka Boru Naitang mengajukan permintaan kepada orangtua dan saudaranya untuk dibuatkan satu tambak atau pertanda dan agar ditanam jabi-jabi sejenis beringin di tambak itu. Kemudian dia juga meminta seekor ayam putih, kemudian sebuah hajut sejenis tempat penyimpanan benda kapur, tembakau, sirih dan lain-lain. Dan juga meminta selembar tikar baru, dan semua permintaannya tsb agar diletakkan di tambak itu.

Akhirnya mereka memenuhi permintaan Boru Naitang, setelah semua permintaannya tersedia, Boru Naitangpun mengambil tikar itu dan meletakkan anaknya yg baru lahir di atas tikar itu yg tidak pernah diketahui orang lain kelahirannya.

Kemudian dia berdoa, katanya "Ianggo ho hasian, na ingkon TANDAON ni halak do ho muse". Yang artinya "Hai anakku tercinta, satu saat kelak engkau akan di TANDA atau di ketahui orang lain keberadaanmu".

Setelah itu dia membawa alat tenunnya dan berjalan ketengah danau sampai tidak terlihat lagi dan menjadi mahluk penghuni danau atau "Sombaon Boru Naitang".

Setelah itu Naibaho Hutaparik mengambil anak yg ditinggalkan Boru Naitang tadi dan mengasuhnya.

 

Akhirnya orang mengetahui bahwa Boru Naitang mempunyai anak dari hasil perbuatannya dengan itonya Inarnaiborngin, orang pun penasaran ingin tahu dan bertanya dimana keberadaan anak tsb. dan bagaimana rupanya.

Hutaparik selalu menyembunyikam keberadaan anak itu, dan berkata kepada orang lain " Tu aha TANDAON i" artinya "Buat apa kalian mengetahui itu".

Sejak itu muncullah panggilan atau nama "TANDAON" dan kemudian menjadi "TINDAON" yang dikemudian hari dikenal dengan nama atau Marga "SITINDAON".

 

Peristiwa ini (hubungan antara Inarnaiborngin dan Boru Naitang yang melahirkan anak) adalah peristiwa yang sangat memalukan bagi marga Naibaho, akan halnya SITINDAON ini tidak diakui keberadaannya sebagai anak dTTari Naibaho Siahaan karena malu, maka Naibaho Hutaparik menganggap dan mengangkat SITINDAON menjadi anaknya.

Karena merasa malu dengan statusnya, akhirnya SITINDAON meninggalkan Pangururan dan berjalan sampai ke Onanrunggu.

Setelah dewasa SITINDAON menikah dengan boru Sianturi dan mempunyai 3 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan. Anak laki-laki paling tua bernama Passalaut, anak laki-laki yang kedua bernama Pangahuraja dan anak nomor tiga atau paling bungsu bernama Mangambittua. Sementara anak yang perempuan menikah dengan Raja Sonang Gultom.

SITINDAON atau SITUNGGAR NAGEDUK sendiri meninggal dan dimakamkan di Sibual-bual Onan Runggu, Samosir.

Konon kabarnya pada masa itu, Passalaut menetap dan tinggal di Sibual-bual, sampai sekarang keturunannya masih ada yg tinggal disana.

Karena situasi dan kondisi pada masa itu yang tidak diketahui apa sebabnya anak nomor dua Pangahuraja pergi merantau ke Dairi, terus ke Pakpak dan sampai ke Barus.

Sedangkan anak nomor tiga Magambittua pergi ke kampung Lontung, karena diserang oleh marga Situmorang maka keturunannya ada yang melarikan diri berenang dan terdampar di Sirungkungon, Sibisa, Porsea dan Balige fan sebagian lagi lari ke Tomok, Sipansa, Siduma-duma dan Parbaba.

 

Keterangan:

1. Dari Kisah tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Marga Sitindaon adalah asli keturunan Marga Naibaho Siahaan, artinya ayahnya adalah Inarnaiborngin Naibaho dan Ibunya adalah Si Boru Naitang Br. Naibaho.

2. Dari peristiwa tsb. maka hubungan Sitindaon secara Biologis adalah keturunan dari Naibaho Siahaan dan kemudian karena di masa hidupnya sejak dari masih bayi hingga dewasa Sitindaon di asuh oleh Naibaho Hutaparik, maka akhirnya secara adat di akui sebagai anak dari Naibaho Hutaparik ditandai dengan pemberian TANO PARHUTAAN oleh Naibaho Hutaparik kepada Marga Sitindaon.

TANO PARHUTAAN dapat diartikan juga sebagai BONA PASOGIT, dan ini sangat sesuai karena Situnggar Nageduk Sitindaon dilahirkan oleh BORU NAITANG di rumah Bapaudanya yaitu HUTAPARIK tepat di TANO PARHUTAAN ini yang lokasinya berada di Tano Ponggol Pangururan.

Hubungan tsb digambarkan sbb:

Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON Bagian Kelima 1

3. Jadi adalah tidak tepat jika Marga Sitindaon menyebut Si Boru Naitang sebagai Namboru karena sebenarnya beliau adalah "Ibu" dari Si Tunggar Nageduk sebagai cikal bakal Marga Sitindaon.

4. Tetapi jika Marga Naibaho menyebut atau memanggil Si Boru Naitang adalah "Namboru"

5. Danau dalam kisah di atas adalah Danau Toba di Perairan Tanjung Bunga, Pangururan, Samosir.

6. Tambak yg di minta oleh Boru Naitang sampai sekarang masih ada dan pohon jabi-jabi atau beringin tsb masih tumbuh sampai sekarang sudah berumur ratusan tahun.

7. Tambak tsb. sudah di renovasi oleh Pemda Setempat dan di tetapkan sebagai Situs Sejarah berada di tepi pantai Tanjung Bunga, Pangururan.

Lampiran Naskah:

Catatan: sebahagian halaman naskah sudah robek atau hilang, yaitu yg menceritakan tentang Si Boru Naitang dan Inarnaiborngin.

Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON Bagian Kelima 2

 

Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON Bagian Kelima 3

 Screenshot 20190817 201612

Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON Bagian Kelima 5

 

Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON Bagian Kelima 6

Screenshot 20190817 201454

Screenshot 20190817 201334

 

IMG 20181229 092017

 

Bedah Buku Tarombo Marga Sitindaon edisi keenam akan menceritakan Inarnaiborngin melarikan diri ke daerah lain untuk menghindari hukuman dari orangtuanya yaitu ke kampung marga Sihombing.

SitindaonNews.com (zul abrum sitindaon)