RAJA MANGAMBIT
Setelah Sitindaon berkembang biak, sebahagian pergi merantau dan membuka perkampungan baru di Lontung. Di Lontung sudah banyak keturunan Sitindaon, bermula dari Raja Lambung.
Setelah Raja Lambung wafat, maka kemudian Raja Mangambit lah yang menjadi Raja di Lontung dan tinggal di Pagarbolak.(Mengikuti nama yang ada di Sibual-bual).
Pada masa itu kekuasaan Raja Mangambit sangat kuat, berwibawa dan sangat kaya, karena kayanya Raja Mangambit tidak pernah makan singkong (pada masa itu singkong adalah makanan utama penduduk setempat), makanannya selalu berlebih termasuk anjingnya yang bernama si Lintong selalu dikalungi kerak nasi.
Raja Mangambit punya satu orang anak perempuan yang cantik bernama si Buntulan, karena kecantikannya, banyak pemuda desa yang melamarnya, termasuk marga Situmorang dari Tanjungan. (Tanjungan itu dahulu adalah perkampungan marga Situmorang di sebelah atas Lontung).
Raja Mangambit tidak senang melihat anak Situmorang ini yang sering bertandang untuk mendekati anak perempuannya itu karena keluarganya miskin (Situmorang ini pada masa itu hanya mengandalkan singkong untuk makan sehari-hari di Tanjungan.
Karena itu, menurut Raja Mangambit tidak pantas marga Situmorang ini melamar anaknya karena perbedaan sosial mereka, jadi diperintahkannyalah “nabeguna”(panglima) menangkap partandang anak Situmorang itu, lalu dibunuh.
Setelah marga Situmorang mengetahui bahwa Raja Mangambit yang membunuh anaknya, maka Situmorang memberitahukan kepada seluruh raja-raja yang ada dan kemudian mereka mengadakan pertemuan di Pagarbolak di perkampungan Raja Mangambit.
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Ketiga) |
Dalam pertemuan itu, Raja Mangambit duduk di tempatnya yang biasa, yaitu diatas batu yang besar yang sudah dibentuk ( Kata orangtua dahulu Batu Besar tempat duduk Raja, masih ada sampai sekarang).
Raja Mangambit duduk sambil membelakangi raja-raja yang berkumpul itu karena kesombongannya, kemudian para raja itu mengatakan “ Ia, lihat lah kemari raja Mangambit, kita berhadapan supaya kita bicara”, katanya.
Kemudian Raja Mangambit menjawab, “Sudah lah, membelakangi atau berhadapanpun tetap juga Raja Mangambit” katanya sambil memanggil anjingnya si Lintong dan menyuruh anjingnya mengelilingi dia di kursi kerajaannya untuk mempertunjukkan kehebatannya.
Melihat hal tersebut, sakit hati dan tersinggunglah raja-raja itu sambil bersungut-sungut, katanya, “Tahunya kami kau Raja Mangambit makan nasi dan kami makan singkong, tapi kalau hukum yang kau perbuat itu, menanglah kau karena senjata, tapi kalau bukan karena hukum maka kau akan kalah” katanya, lalu mereka semua berdiri dan meninggalkan tempat itu.
Pada satu saat, berencanalah marga Situmorang dari Tanjungan itu untuk berperang melawan marga Sitindaon yang ada di Lontung, Pagarbolak.
Dibuatlah semacam patung yang berbentuk manusia seperti akan menyerang kea rah Lontung, Pagarbolak dan sekeliling kampung itu dipasang meriam bambu.
Malam harinya pada saat orang masih tertidur, dibakarlah semua meriam bambu itu,setelah terbakar lalu bunyinya seperti meriam bersahut-sahutan, kemudian masuklah marga Situmorang ke kampung itu (Lontung).
Dalam keadaan masih mengantuk dan terkejut, marga Sitindaon melompat keluar rumah menyelamatkan diri, tapi marga Situmorang sudah menunggu di luar rumah, lalu membunuh mereka dan memenggal kepalanya kemudian digantungkan di bambu sekeliling kampung itu.
Tapi ada juga yang selamat, ada yang berenang ke danau hingga hanyut sampai ke arah Sigapiton, Sirungkungon dan Sibisa. ( Menurut cerita, yang lari sampai ke Sirungkungon dan Sibisa adalah keturunan si abangan (siahaan) dari Sitindaon (Mangambittua) yang ada di Lontung..
Dan ada juga yang terdampar sampai ke Porsea dan Balige
Ada kemungkinan Sitindaon yang ada di Siborongborong adalah keturunan dari Sitindaon Pangambittua yang terdampar sampai ke Balige tadi.
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Kelima) |
Dan sebahagian lagi lari ke daerah lain yang tidak diketahui kemana mereka akhirnya, dan sebahagian lagi lari ke arah Tomok, yaitu: Op. Manjabat dohot Op. Barita Lobi.
Dibawalah ke Tomok Rantai Hoda dan Tunggal Panaluan untuk pinompar A. Soranglan, dan ke Sipassa dibawa Si Raja Deang sebagai pertanda sibungsu (sianggian).
Setelah kejadian di Lontung itu, maka sangat sedikit yang selamat, berserak ke daerah yang lain dan tidak saling mengetahui lagi.
Akibat terusirnya Sitindaon dari Lontung, muncullah perumpamaan :
“Manggual Sitindaon,
Mangan Hoda Sigapiton,
Tu jolo ni langkahon,
Tu pudi Sinarihon”
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Keempat) |
Itu adalah karena sebelumnya Raja Mangambit tidak pernah mempersiapkan diri apa yang akan terjadi dikemudian hari, sehingga akhirnya di serang dan diusir oranglah dia dan keturunannya dari Lontung.
Dan setelah peristiwa itu, maka Lontung menjadi kampung (Huta) Situmorang, padahal sebelumnya Lontung itu adalah Huta Sitindaon.
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Pertama) |
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Kedua) |
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Ketiga) |
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Keempat) |
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Kelima) |
| BACA JUGA : Bedah BUKU TAROMBO Marga SITINDAON (Bagian Keenam) |