Search
Jansen Sitindaon: SARA Sudah Lampu Merah, Tidak Sehat dan Berbahaya
Foto profil Jansen Sitindaon di Twitter.
Jansen Sitindaon: SARA sudah lampu merah, tidak sehat dan berbahaya
SitindaonNews.Com, || Jansen Sitindaon, Wakil Sekjen Partai Demokrat menanggapi isu SARA yang semakin parah dan menjadi-jadi, setiap hari ruang publik dan medsos yang selalu riuh-ribut. "Sudah lampu merah, tidak sehat dan berbahaya, jangan sampai kita salah menafsirkan gejala. Bisa pecah benaran kita ini sebagai bangsa" cuit Jansen di twitter.
"Tidak ada Indonesia tanpa keberagaman. Namun hari-hari ini, keberagaman yg merupakan aset dan kekayaan bangsa ini, malah tampak jadi ancaman perpecahan kita; katanya lagi.
Selengkapnya berikut utasan yang kami kutip dari akun @jansen_jsp
1. Semakin hari semakin parah dan menjadi-jadi saja soal SARA ini. Tiap hari ruang publik dan medsos kita terus riuh-ribut soal ini. Sudah lampu merah, tidak sehat dan berbahaya ini. Jgn sampai kita terperosok krn salah menafsirkan gejala. Bisa pecah benaran kita ini sbg bangsa;
2. Melihat keadaan ini, tak bisa lagi soal ini hanya kita serahkan pada pemerintah semata. Apalagi mereka juga kadang terjerat otoritasnya dgn berbagai kepentingan yg ada dlm mengelola Indonesia. Ini sudah harus jd tugas kita semua warga negara utk menjaga rumah bersama kita ini;
3. Saya tahu kebebasan itu hak asasi. Bahkan dijamin konstitusi. Dimana tiap orang bebas menyuarakan yg dia mau dan rasakan. Tapi khusus soal SARA ini mari kita gunakan “kebebasan positif”. Bukan “kebebasan negatif” yg bisa mengganggu dan menyinggung kerangka hidup bersama kita;
4. Fakta empiris-historis: bangsa kita ini plural. Dimana eksistensinya telah dipatri dlm semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Tidak ada Indonesia tanpa keberagaman. Namun hari-hari ini, keberagaman yg merupakan aset dan kekayaan bangsa ini, malah tampak jadi ancaman perpecahan kita;
5. Saya selalu ingat yg disampaikan pak SBY (ketika Brigjend thn 95/96) jd pemimpin pasukan PBB di Bosnia, Serbia dll. Di bekas Yugoslavia ini pak SBY menyampaikan ttg “betapa pedih-perih dan mahal harga yg harus dibayar dari sebuah perang saudara yg berbasiskan etnis dan agama”;
6. Ini harus jd prinsip teratas kita semua, utamanya politisi bahwa ini tidak boleh terjadi di Indonesia. Kita boleh beda pendapat, pilihan bahkan keyakinan, tp SARA yg memecah ini tdk boleh jd mainan. Apalagi mainan politik. Krn ini akan membakar kemana-mana semua rusak musnah;
7. Inilah tantangan terbesar ke-Indonesian kita hari ini dan kedepan: “masih bisakah kita hidup bersama dibawah segala perbedaan ini? Ini soal merawat bangsa. Mengelola hidup bersama!” Bukan soal kalah menang antar warganegara apalagi jd alat meraih atau mempertahankan kekuasaan;
8. Menjaga Indonesia yg beragam ini adl tugas antar generasi. Generasi terdahulu telah menjaganya, skrg giliran generasi kita dan pemimpin yg terpilih utk membimbing rakyatnya. Inilah warisan utama tiap pemimpin di Negeri ini: menjaga Indonesia tetap utuh bagi generasi mendatang.