Top Stories
-
Maling Motor di Tangerang dan Jakbar Ditangkap Saat Mau Jual Hasil Curian
-
Dampak Dari Kelebihan Makan Durian
-
Etika Sarapan di Hotel, Bolehkah Tamu Bungkus Makanan ?
-
Setahun Pemerintahan Prabowo, AHY Jadi Menteri Berkinerja Terbaik
-
7 Tanda Tubuh Kekurangan Vitamin D yang Sering Tak Disadari
-
Chery Perkenalkan Baterai dengan Jarak Tempuh 1.300 Km Sekali Isi
Search
- Details
- Category: News of the Day
- By ZA Sitindaon
- Hits: 409
Screenshot wanita didalam lift bandara sebelum ditemukan tewas membusuk
Jasad seorang perempuan ditemukan di bawah lift Bandara Kualanamu, Sumatera Utara, Kamis (27/4/2024), dan diduga sudah membusuk selama empat hari. Polisi sudah mengantongi identitas korban dan saat ini masih menyelidiki terkait penyebab kematiannya.
Mayat tersebut pertama kali ditemukan oleh petugas Bandara Kualanamu yang mencium bau busuk di sekitar lift. Saat dicek sekitar pukul 16.00 WIB, ditemukan jasad perempuan yang sudah membusuk terkapar di bawah lantai dasar lift.
Kapolresta Deliserdang Kombes Pol Irsan Sinuhaji membenarkan penemuan mayat tersebut. Ia mengatakan berdasarkan rekaman CCTV, korban yang berinisial ASDH awalnya terlihat panik di dalam lift dan memaksa membuka pintu di depannya hingga salah melangkah dan terjatuh.
"Liftnya ada dua pintu, pada saat dia sampai ke lantai yang dia tuju, dia berdiri di pintu, ternyata yang buka di belakang. Dia panik, kemudian dia paksa buka, dia lalu melangkah terjatuh ke bawah," ucap Irsan, Kamis (27/4/2023).
"Namun, apakah kematiannya karena terjatuh atau apa, ataukah karena ada benda-benda lain seperti tiang dan lain sebagainya di bawah, itu nanti tunggu hasil pemeriksaan forensik," lanjutnya.
Korban yang tinggal di Sunggal, Medan, itu awalnya datang ke Bandara Kualanamu pada hari Senin (24/4/2023) untuk mengantarkan keluarganya yang hendak pergi ke luar negeri
- Details
- Category: News of the Day
- By ZA Sitindaon
- Hits: 318
Ilustrasi borgol (Foto: agung pambudhy)
Cianjur - Polisi menangkap dua pembunuh Ria Puspita (18) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Keduanya ditangkap beberapa jam usai penemuan jenazah korban di Sungai Ciparay, Desa Sukakarya, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur.
Kapolres Cianjur AKBP Aszhari Kurniawan mengatakan usai mendapatkan informasi adanya penemuan jenazah yang diduga korban pembunuhan, anggota Polres langsung melakukan penyelidikan.
Dari hasil penyelidikan dan keterangan saksi-saksi, didapati identitas dan keberadaan pelaku. "Anggota Polsek dan Polres langsung bergerak mengamankan pelaku yang berjumlah dua orang," kata dia, Senin (24/4/2023).
Kedua pelaku yang berinisial Ag dan D diamankan di rumahnya masing-masing. "Pelakunya diamankan sekitar 4 jam setelah penemuan jenazah," kata dia.
Kapolsek Sukanagara AKP Tio menuturkan kedua pelaku saat ini sudah diamankan di rumah tahanan Polsek Sukanagara. Diketahui otak pembunuhan kepada siswi SMK teresebut yaitu Ag yang merupakan mantan kekasih korban.
"Pelaku utama yakni Ag punya hubungan asmara dengan korban. Sedangkan D diduga terlibat dan ada di lokasi saat kejadian pembunuhan korban," ungkapnya.
Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti, mulai dari tali tambang, senapan angin, hingga kendaraan yang digunakan pelaku saat membunuh korban.
Diberitakan sebelumnya, seorang gadis muda bernama Ria Puspita (18) ditemukan tewas Sungai Ciparay Desa Sukakarya, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Minggu (24/4/2023). Gadis yang masih duduk di bangku SMK diduga dibunuh lantaran ditemukan luka lebam di bagian leher.
- Details
- Category: News of the Day
- By ZA Sitindaon
- Hits: 298

HOMO HOMINI LUPUS
Bertahun-tahun bumi ini berlumuran darah sejak ideologi kekuasaan mulai mendominasi manusia. Kebenaran pepatah Romawi "manusia adalah serigala bagi manusia," adalah majas yang tidak pernah sepenuhnya pudar.
Perang internasional, perang saudara, genosida dan terorisme, mewariskan tragedi yang melukai kehidupan banyak manusia, terutama mereka yang lahir sebelum akhir Perang Dingin. Sejak tahun 1900, kekerasan lintas ideologi politik telah menewaskan lebih dari 100 juta orang, yang sebagian besar adalah warga sipil.
Setelah itu, peradaban politik berbasis primordial mulai menggantikan konflik Perang Dingin sebagai titik nyala pertumpahan darah. Samuel Huntington mengingatkan ini 30 tahun silam dalam "Clash of Civilization", bahwa sektor primordial semakin mendominasi arus utama ekspresi politik. Sebuah pilihan yang sengaja dijalankan oleh banyak organisasi politik demi alasan strategis yang membuahkan hasil lebih instan dibanding cara psikologis atau sosial.
Dan hampir semuanya berujung kepada konflik. Sejak kerusuhan etnis di Rwanda, genosida Darfur dan Balkan, kepentingan politik kerap mengalir dalam kekerasan tanpa iba. Pembakaran masjid dan gereja oleh kelompok Hindu garis keras di India, persekusi Ashin Wiratu terhadap suku Rohingya di Myanmar, brutalitas ISIS di Iraq dan Suriah, semakin mempertegas bahwa manusia masih tetap menjadi serigala bagi manusia lainnya.
Intervensi "shifting strategy of global power" semakin menambah runyamnya pertarungan politik di negara-negara berkembang. Negara adidaya bertarung berebut pengaruh dengan meringkus kedamaian suatu kawasan. Setelah itu mereka datang sebagai pahlawan setelah "collateral damage" tercipta. Mereka yang menciptakan, mereka juga yang menyelesaikan. Modus konvensional.
Silang sengketa politik membuat orang "saling tebas" di tingkat bawah, sementara kalangan elit cukup mengakhirinya dengan satu kesepakatan sambil menyantap Wagyu Shodoshima dan tertawa bersama. Rakyat jelata mengawetkan permusuhan politik dengan saling mencaci, di saat para politisi yang tadinya berseteru, sedang bersulang berbagi konsesi.
Itulah ironi. Rakyat jelata rela berdarah-darah demi politik dalam simbiosis yang misterius; siapa yang mereka bela, dan siapa sebenarnya yang membela mereka. Maka, "janganlah terlalu mati-matian membela kepentingan politik seperti membela agama", kata Beta Marashi, "karena Tuhan mematikanmu hanya sekali, tapi politik bisa membunuhmu berkali-kali."
Sumber: twitter.com/islah_bahrawi/status
- Details
- Category: News of the Day
- By ZA Sitindaon
- Hits: 4511
Foto: AKBP Achiruddin Hasibuan bersama anaknya Aditya Hasibuan saat mendatangi Ditreskrimum Polda Sumut (Ahmad Arfah/detikSumut)
Medan - AKBP Achiruddin Hasibuan diberikan sanksi penempatan khusus (patsus) karena diduga membiarkan anaknya melakukan penganiayaan di hadapannya. Selain itu, AKBP Achiruddin juga dicopot dari jabatannya karena persoalan ini.
"AKBP Achiruddin terbukti melanggar kode etik sesuai dengan Pasal 13 huruf M Peraturan Kepolisian Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Kode Etik Profesi dan Komisi Kode Etik Polri yang berbunyi setiap pejabat Polri di dalam etika berkepribadian dilarang melakukan tindakan kekerasan, berlaku kasar, dan tidak patut," kata Kabid Propam Polda Sumut Kombes Dudung Adijono saat konferensi pers di Polda Sumut, Rabu (26/4/2023).
"Maka untuk itu, saudara H dievaluasi dan sementara di non job kan, tidak menjabat sebagai Kabag Bin Ops Direktorat Narkoba Polda Sumut," tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, Kabid Propam Polda Sumut Kombes Dudung Adijono menyampaikan pihaknya sudah melakukan pemeriksaan terhadap AKBP Achiruddin. Dari pemeriksaan itu, AKBP Achiruddin dinyatakan bersalah.
"Yang bersangkutan sudah kami periksa dan terbukti melakukan pelanggaran kode etik," kata Kombes Dudung.
Dudung kemudian menyebut AKBP Achiruddin dinyatakan bersalah karena membiarkan anaknya melakukan tindakan kriminal. Perbuatan AKBP Achiruddin itu membuatnya dipatsus.
"Dan malam ini, yang bersangkutan akan kami panggil dan akan kami tempatkan di tempat khusus," jelas Dudung.
Anak dari AKBP Achiruddin yaitu Aditya Hasibuan yang melakukan penganiayaan kepada Ken Admiral sudah ditetapkan sebagai tersangka.dan sudah ditahan dalam kasus penganiayaan ini
Sumber: detik sumut
- Details
- Category: News of the Day
- By ZA Sitindaon
- Hits: 295

Imelda Santi (40), warga Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Musi Banyuasin melapor ke Polda Sumatera Selatan karena merasa sang suami dijebak polisi atas kasus narkoba.
Imelda datang ke Polda Sumsel bersama kuasa hukumnya pada Senin (10/4/2023). Kasus tersebut terjadi pada 21 Maret 2023.
Saat itu, mereka seperti biasa membuka toko beras milik mereka yang berada di Kecamatan Sungai Lilin. Lalu datang seorang pria tak dikenal membeli beras sebanyak lima kilogram di tokonya.
Selang beberapa menit, datang anggota polisi dan menggeledah toko mereka. Polisi kemudian memeriksa suaminya, Sahabudin (43) hingga ditemukan dia butir pil ekstasi.
Imelda menyebut suaminya tak pergi ke mana pun sehingga ia menduga kuat pil ekstasi yang ada di dalam toko sengaja diselipkan untuk menjebak Sahabudin.
“Saya yakin suami saya dijebak aparat, saya minta keadilan,” kata Imelda, Selasa.
Menurut Imelda, selama ini ia dan suami berdagang sembako di kampung meraka. Sang suami pun sehari-hari berada di toko membantunya berdagang.
“Tidak pernah sekalipun suami saya menggunakan narkoba,” tegasnya.
Sementara itu, kuasa hukum korban Rizal Faisal Ismed menerangkan, kliennya itu saat ini telah ditetapkan sebagai tersangka atas tuduhan kepemilikan narkoba.
Sumber: FB Kompas.com